Cinta Pertama Sepak Bola dan Kebanggaan Dari Seorang Tukang Jual Jersey KW


Jual Jersey KW
Image Source id.wikipedia.org



Saya termasuk salah seorang penggila bola, saya menggemari olah raga menendang bola ini sejak duduk di bangku kelas dasar 14 tahun yang lalu. Sebelumnya saya tidak mengenal sama sekali bagaimana olahraga ini, bahkan saya pun tidak pernah mengetahui apa saja peraturan yang ada di dalam permainan 11 lawan 11 ini. Bahkan sebelum nya saya tidak mengerti bagaimana itu dan apa yang menyebabkan seorang wasit menunjuk titik pinalti.

Pada akhirnya ayah saya memperkenalkan permainan ini pada tahun 2002, saat itu tepat dengan diselenggarakannya Piala Dunia di Asia yang pertama kalinya. Korea dan Jepang yang ditunjuk sebagai penyelenggara turnamen akbar 4 tahunan tersebut menggelar hajatnya dengan meriah. Jangan heran jika Piala Dunia ini hingar bingarnya sampai ke Negara kita tercinta Indonesia.

Saat itu Ayah saya yang kebetulan menggilai sepak bola “jogobonito” nya Brazil memfavoritkan Negara ini sebagai calon juara Piala Dunia edisi kali ini. Saya sempat kebingungan ketika iya menanyakan apa tim favorit saya pada waktu itu, yang ada dalam fikiran saya hanyalah Francis dan Zinadine Zidane yang berpredikat sebagai juara bertahan. Tapi sejujurnya saya sama sekali tidak menggemari tim berjuluk “Les Blues” ini. Sampai pada akhirnya ayah saya memberikan rekomendasi bahwa salah satu tim yang mempunyai tradisi luar biasa di Piala Dunia adalah Italia.

Setelah mendengarnya, saya yang pada saat itu masih berusia 6 tahun mengiyakan perkataan ayah saya dan tentu saja kegirangan. Setidaknya salah satu ikon dari Italia yang sangat lekat di telinga saya adalah “Sang Pangeran” Fransesco Totti dan juga Alessanro Del Pierro, dan nama lain yang lekat ditelinga saya adalah Franseco Coco, saya mengingatnya hanya karena namanya mirip dengan sepupu saya yang paling nakal.

Sayang perjalanan “Gli Azurri” terhenti di perempat final sebelum akhirnya tersingkir bisa dikatakan tidak terhormat oleh tuan rumah Korea Selatan, bahkan sampai saat ini saya masih mempertanyakan kenapa Fransesco Totti dikartu merah pada saat itu. Tentu yang berbahagia adalah ayah saya, tim “Selacao” idolanya berhasil keluar sebagi kampiun. Saya pun ikut terpesona dengan permainan indah Rivaldo cs pada saat itu.

Sejak saat itu saya sangat menggilai sepak bola, dan akhirnya cinta pertama dalam dunia sepak bola saya tambatkan kepada timnas Indonesia. Perjuangan dari Ilham Jaya Kusuma dan kawan-kawan pada saat menghajar timnas Kamboja dengan skor 8-0 di Piala Tiger tahun 2004 menggugah rasa nasionalisme saya untuk terus mendukun tim Merah Putih hingga detik ini. Namun kecintaan saya terhadap tim Merah Putih baru bisa teraplikasikan pada tahun 2007, pada tahun tersebut Piala Asia diselenggarakan di empat Negara Asia Tenggara, dan Indonesia adalah salah satunya dengan stadion Gelora Bung Karno yang ditunjuk sebagai venue penyelenggara.

Untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di stadion terbesar Asia Tenggara tersebut, bernyanyi, bersorak, dan melompat kegirangan saat Bambang Pamungkas mencetak gol yang membenamkan Bahrain di posisi juru kunci. Dengan bangganya saya memakai jersey berlogo Garuda di dada, begitu juga dengan syal yang bertuliskan “Ini Kandang Kita” yang dililitkan di leher. 

Semua itu saya dapatkan dari seorang pedagang yang jual jersey KW di sekitaran stadion. Entah berapa harganya saya sudah lupa, yang jelas meskipun kala itu Timnas Indonesia tidak berhasil menembus babak berikutnya, saya bangga menjadi supporter tim “Garuda”. Harapan tertinggi saya adalah negeri ini berhasil meraih juara di semua ajang turnamen sepak bola.
First